dr. Samuel Pola Karta Sembiring Dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Menyelesaikan studi pendidikan dokter pada tahun 2015. Tertarik dengan ilmu kedokteran dan bidang IT. Pernah mengabdi di RSUD Arga Makmur Bengkulu Utara dan bekerja di RSU Martha Friska Medan. Saat ini penulis sedang menjalani residensi Ilmu Bedah di Universitas Padjadjaran.

Layanan Kesehatan Tuberkulosis di Tengah Pandemi COVID-19

2 min read

Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang memerlukan penanganan teratur serta memakan waktu yang lama. Sehingga hal ini membutuhkan strategi pengobatan yang terpadu dan baku agar tatalaksananya membawa hasil yang sesuai harapan. Saat ini sudah ada pelayanan DOTS untuk pasien tuberkulosis sensitif obat dan MDR bagi pasien tuberkulosis resisten obat.

Mungkin tidak perlu dijelaskan lagi bahwa ada begitu banyak penderita tuberkulosis di Indonesia. Jelas cukup banyak. Bahkan Indonesia sendiri mendapat peringkat TOP 3 bila diurutkan berdasarkan jumlah kasus TB terbanyak. Penyebabnya apa? Tentu tidak lepas dari faktor sosioekonomi, kepadatan penduduk dan sebagainya.

Saat ini pemerintah juga terus berupaya dalam memerangi tuberkulosis. Bahkan sudah dirancang slogan “Indonesia Bebas Tuberkulosis 2050”, yang artinya kita berharap dengan upaya yang sudah kita kerjakan sekarang pada tahun 2050 nanti penyakit tuberkulosis sudah tidak ada lagi. Jika strategi penuntasan TB berhasil, ini akan membawa dampak yang sangat positif. Angka kematian akibat tuberkulosis juga pasti akan berkurang. Dan sudah pasti potensi SDM untuk membangun negeri juga semakin besar.

Pemerintah juga aktif melakukan pelacakan dan deteksi dini tuberkulosis di tengah masyarakat, karena khawatir silent transmission penyakit ini terus berlanjut. Pencatatan terhadap pasien-pasien TB yang berobat juga tidak diabaikan. Hal ini perlu agar tidak ada pasien yang drop out. Saat ini sudah dikembangkan lagi sistem pencatatan tuberkulosis yang baru, yaitu Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).

Kali ini, pelayanan tuberkulosis kita mendapat tantangan. Di tengah pandemi seperti sekarang ini, tentu pelayanan tuberkulosis semakin sulit. Dari sisi tenaga medis sendiri, kita perlu menggunakan APD yang tepat. Meskipun sebenarnya selama ini kita juga selalu menggunakan APD, namun di tengah kondisi saat ini APD menjadi barang yang semakin langka dibandingkan dengan situasi yang dulu. Bagi fasilitas kesehatan yang besar seperti rumah sakit mungkin hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Tetapi bagi fasilitas kesehatan tingkat satu seperti puskesmas, hal ini menjadi problem yang besar. Keterbatasan APD di layanan puskesmas tentu dapat membuat keraguan untuk tetap melaksanakan pelayanan TB seperti biasa. Apalagi gejala pasien COVID-19 hampir mirip dengan gejala pasien TB seperti batuk dan demam. Sementara di sisi lain, pasien juga memiliki rasa ketakutan untuk datang ke layanan kesehatan, karena khawatir tertular penyakit COVID-19. Ini berdampak pada penurunan kunjungan pasien tuberkulosis ke layanan kesehatan.

Menurut estimasi WHO, selama masa pandemi terjadi penurunan deteksi kasus TB sebanyak 25%, dan hal ini akan berakibat peningkatan kematian tuberkulosis. Untuk itu kita perlu menyiasati hal ini dan segera membalikkan keadaan.

Untuk itu selama masa pandemi, kita perlu memodifikasi strategi pengobatan TB. Pemberian obat pada pasien TB Sensitif Obat diberikan dengan interval 14-28 hari saat fase intensif dan interval 28-56 hari saat fase lanjutan. Sementara pada pasien TB Resisten Obat diberikan dengan interval 7 hari saat fase intensif dan interval 14-28 hari pada fase lanjutan. Prinsipnya adalah mengurangi frekuensi kunjungan pasien untuk datang ke fasilitas layanan kesehatan.

Tidak bisa dipungkiri, pandemi ini menjadi tantangan bagi pelayanan TB. Apalagi rumah sakit umum pemerintah saat ini difokuskan untuk COVID-19. Beberapa diantaranya harus menambah ruang isolasi untuk COVID-19 sementara ruang isolasi untuk TB terpaksa dikurangi.

Bagi pasien TB yang akan berobat ke layanan kesehatan, disarankan untuk menggunakan masker bedah dan tetap mematuhi rambu-rambu physical distancing di layanan kesehatan. Dengan menggunakan masker bedah, droplet akan tertahan dan diserap oleh masker, sehingga pasien lain maupun petugas kesehatan relatif lebih aman.

Bagi petugas kesehatan, jangan lupa menggunakan APD yang memadai. APD minimal adalah masker N95. Lalu atur jarak antar meja dokter dengan kursi pasien kurang lebih 1 sampai 1,5 meter. Bila harus bersentuhan dengan pasien seperti misalnya injeksi OAT atau memasang EKG, jangan lupa pakai sarung tangan.

Solusi alternatif lain yaitu dengan menggunakan metode telemedicine. Dimana konsultasi dokter dan pasien dipertemukan dengan teknologi video call. Melalui video call ini juga petugas dapat memonitoring langsung pasiennya ketika mengonsumsi obat. Tapi ini hanya berlaku untuk pasien lama dan tentu dengan kondisi yang stabil. Untuk pasien baru tentu tidak dianjurkan.

Selain itu, pemerintah juga telah merilis satu aplikasi yang cukup bermanfaat bagi pasien TB. Aplikasi ini bernama “Sembuh TB” yang dapat diunduh lewat playstore. Aplikasi ini mengingatkan jadwal makan obat serta menyediakan banyak referensi mengenai tuberkulosis. Selanjutnya aplikasi ini akan dikembangkan untuk telemedicine layanan TB, penjadwalan kontrol serta kurir obat TB.

Kita berharap pelayanan TB di Indonesia tetap terus berlanjut meski harus menghadapi banyak kesulitan di tengah masa pandemi ini. Agar visi kita dimana Indonesia dapat bebas dari tuberkulosis pada tahun 2050 nanti dapat terwujud.

dr. Samuel Pola Karta Sembiring Dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Menyelesaikan studi pendidikan dokter pada tahun 2015. Tertarik dengan ilmu kedokteran dan bidang IT. Pernah mengabdi di RSUD Arga Makmur Bengkulu Utara dan bekerja di RSU Martha Friska Medan. Saat ini penulis sedang menjalani residensi Ilmu Bedah di Universitas Padjadjaran.

29 Replies to “Layanan Kesehatan Tuberkulosis di Tengah Pandemi COVID-19”

  1. Keeping its users informed, Businessiraq.com also provides up-to-date Iraq business news. Staying abreast of market trends, regulatory changes, and economic developments is crucial for any business looking to thrive in Iraq. The news section on Businessiraq.com is meticulously curated to deliver relevant and timely information, ensuring that users can make informed decisions. By offering insights into the ever-evolving business landscape, the platform empowers users to navigate challenges and seize opportunities with confidence.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar anda diproses.