Apakah anda seorang kandidat/pasien yang akan direncanakan operasi? Lalu, tahukah anda alasan mengapa anda diminta untuk tes swab?
Sebagian dari anda mungkin tahu, alasannya dilakukan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah seorang pasien yang akan dioperasi positif COVID-19 atau tidak. Namun sebagian lagi masih bertanya-tanya, memangnya untuk apa dan apa bahayanya kalau memang seorang positif COVID-19 dioperasi?
Tidak semua pasien setuju. Benar. Apalagi biaya tes swab ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saat ini biayanya mencapai 900 ribu. Sebagian rumah sakit pemerintah menggratiskan tes swab ini untuk pasien-pasien yang akan operasi. Tetapi rumah sakit lain, biaya tes swab ini harus ditanggung pasien sendiri.
Beberapa pasien yang menolak mengusulkan untuk rapid test COVID-19 saja. Tapi apakah rapid test dapat menggantikan tes swab?
Saat ini sudah ada banyak pembahasan mengenai keuntungan dan kerugian rapid test maupun test swab serta perbedaan keduanya. Sebagai informasi, rapid test antibodi saat ini tidak direkomendasikan oleh pemerintah lagi. Sehingga sebetulnya tidak dapat dijadikan pemeriksaan penunjang pre-operasi.
Ringkasnya, tes swab lebih akurat, mahal dan hasil keluar lebih lama. Sedangkan rapid test kurang akurat, murah dan hasil keluar lebih cepat.
Fakta saat ini
Semua pasien yang akan dilakuan “tindakan” wajib diskrining COVID-19. Tindakan yang dimaksud seperti operasi (baik besar maupun kecil), persalinan, kateter jantung dan lain-lain.
Saat ini pilihan skrining COVID-19 yaitu dengan test swab (RT-PCR). Pemeriksaan ini juga bukan hanya sekadar skrining, tetapi sekaligus sebagai gold standard (baku emas) diagnosis COVID-19.
Hal ini harus dilakukan karena angka kasus COVID-19 sudah cukup tinggi, sangat menular dan asimtomatis. Sehingga setiap pasien yang akan operasi di RS harus diskrining. Supaya memutus penularan COVID-19, melindungi pasien sehat lain dan juga tenaga medis.
Melindungi pasien lain? Maksudnya?
Jawabannya simple saja. Misalkan anda atau keluarga anda dirawat di ruangan yang sama dengan pasien lain yang ternyata dikonfirmasi COVID-19, apakah anda bersedia?
Jelas tidak. Patient safety is number one.
Apakah Skrining COVID-19 dapat menunda jadwal operasi?
Sebenarnya tidak. Jadwal skrining COVID-19 ditentukan setelah jadwal operasi ditentukan. Misalnya, jadwal operasi tanggal 10 Agustus 2020, maka jadwal skrining ditentukan beberapa hari sebelumnya. Kecuali pasien menunda skrining. Jika pasien menunda skrining, maka jadwal operasi dapat mundur.
Jika hasilnya positif COVID-19?
Untuk kasus elektif, tindakan harus ditunda. Jika tetap dilanjutkan, hasilnya tidak akan lebih baik.
Sementara untuk kasus darurat, harus dipertimbangkan lebih dahulu untung dan ruginya. Harus dipertimbangkan antara ditunda atau tetap diteruskan operasi.
Sebagai pasien, anda berhak menanyakan alasan-alasan mengapa anda harus menjalani pemeriksaan yang ini dan itu. Itu hak anda. Menolak pemeriksaan juga sebenarnya hak anda. Tapi, ketahuilah bahwa semua keputusan dan pertimbangan oleh dokter pasti ada alasan yang paling baik dibelakangnya.
2021 Jan 19; 9 1 14 cronadyn vs priligy 11 When reviewing extended wear patients, the incidence of symptomatic CIEs ranges between 2